Latest News

Showing posts with label hijaukan duniamu. Show all posts
Showing posts with label hijaukan duniamu. Show all posts

Friday, October 12, 2012

Maladewa Negara Terindah di Dunia


Seperti diketahui, Maladewa merupakan negara terendah di dunia dengan ketinggian rata-rata hanya lima meter di atas permukaan laut.
Bila permukaan laut terus naik, maka ancaman tenggelam menghantui Maladewa. Padahal, negara kepulauan ini menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan.
Maladewa telah mengungkapkan rencana untuk membangun lapangan golf mengambang di atas air, yang diakses melalui sebuah terowongan bawah laut.
Konsepnya terlihat berikut ini.
Pulau buatan ini akan menggantikan pulau-pulau yang tenggelam di bawah permukaan laut. Lapangan golf akan ada di satu pulau berbentuk bintang buatan.


Pusat hotel dan konferensi, yang menyerupai bintang laut dari atas, akan memungkinkan pengunjung untuk menyelam langsung dari pantai



Rencana ini termasuk 18 lubang lapangan golf yang dirancang lengkap dengan clubhouse. Nanti pemain bisa mengakses lewat terowongan bawah laut yang cukup lebar. Mobil golf dan orang bisa berlalu-lalang di dalam terowongan dengan santai.
43 pulau mengambang lainnya akan dibangun, lengkap dengan dermaga untuk kapal pesiar, kabin swasta dan kolam renang.Orang yang berduit banyak bisa menikmati privasi di pulau-pulau tersebut.










Takjub? Bisa jadi. Maladewa merupakan salah satu negara kepulauan yang jadi destinasi wisata wisatawan manca negara. Keindahan pulau dan pemandangan lautnya yang biru bisa membuat kita malas mengakhiri liburan.
Bila rencana Maladewa itu dilaksanakan, mereka tampaknya juga harus memikirkan masalah limbah yang selama ini jadi "cacat" keindahan Maladewa.
Saat ini, Pulau Thilafushi merupakan pulau paling buruk di negara kepulauan ini.Asap beracun, mengepul kehitaman, tumpukan sampah botol plastik dan limbah lainnya, itulah yang terjadi di salah satu pulau di Maladewa ini. Setidaknya, laporan dari Dailymail menyebut 330 ton sampah dibakar per hari.




Di Male, Ibukota Maladewa, kepadatan penduduknya lebih tinggi empat kali lipat dibanding London. Tak mengherankan bila sekarang Maladewa punya masalah pembuangan limbah. Dan, Pulau Thilafushi jadi tujuan limbah bermuara.

Selain penduduk pada yang jadi produsen sampah paling banyak, ditambah juga dengan hasil buangan wisatawan. Tercatat, setidaknya 3,5 kg limbah per hari dibuang oleh wisatawan yang berlibur ke Maladewa.
 


sumber : http://infoindonesiabaru.blogspot.com/2012/10/maladewa-negara-terindah-di-dunia.html

Thursday, September 13, 2012

Kali Cheonggyecheon, Indahnya Transformasi Kali yang DulunyaSangat Kotor

Sejak lima tahun terakhir, penduduk Kota Seoul punya tempat menarik untuk bersantai. Demi melepas lelah dari kepenatan, warga ibukota Korea Selatan itu tidak lagi cuma menyambangi pusat perbelanjaan atau kafe-kafe, namun cukup berkunjung ke suatu kali bersih dan berjalan-jalan di sana tanpa dipungut biaya.

Nama kali itu Cheonggyecheon. Terletak di jantung kota, kali itu juga mampu menarik minat para turis lokal dan mancanegara. Cheonggyecheon benar-benar menawarkan daya tarik tersendiri.


Suasananya cukup tenang walau di atasnya berlalu-lalang beragam kendaraan bermotor. Sisi kiri dan kanan kali itu disediakan jalur khusus untuk pejalan kaki, sehingga mereka bisa merasakan langsung kesejukan udara sekaligus mendengarkan aliran air yang menenangkan.

Kali sepanjang hampir 6 km itu dulunya sangat kumuh, bahkan menjadi jamban dan tempat buang sampah bagi banyak orang. Menurut laman pemerintah Seoul, setelah Perang Korea (1950-1953), Cheonggyecheon menjadi lokasi pemukiman kaum pendatang yang ingin mengadu nasib di ibukota.

Pada dekade 1970-an, Cheonggyecheon berubah fungsi menjadi salah satu simbol "modernisasi" Korsel. Kali itu dibangun banyak tiang pancang dan beton untuk pembangunan jalan layang.

Namun, pada 2003, walikota Seoul saat itu, Lee Myung-bak melakukan perubahan revolusioner. Lee, yang kini sukses menjadi presiden Korsel berkat visinya yang ramah lingkungan, ingin Cheonggyecheon kembali kepada statusnya semula sebagai anak sungai kecil yang mengalir di jantung ibukota.

Jalan-jalan layang di atas kali itu disingkirkan, begitu pula dengan tiang pancang dan lapisan beton yang menutupnya. Maka, dua tahun kemudian, Cheonggyecheon "lahir kembali" sebagai kali sungguhan dan kini menjadi salah satu kebanggaan Seoul sebagai ibukota moderen yang turut memperhatian kelestarian lingkungan hidup.

Menurut keterangan pemerintah Seoul, kelahiran kembali kali itu bahkan turut menurunkan tingkat polusi udara dan kian menyejukkan udara di tengah kota. Berikut perbandingannya.


Kali Cheonggyecheon tempo dulu








Dan kini berubah menjadi kali yang lebih sehat


















Mereka saja bisa membuat kali yang dulunya ladang sampah dan dilihatpun sudah muak, tetapi lihat sekarang sudah menjadi objek wisata bahkan tempat bermain.

Lalu bagaimana dengan Jakarta, mungkin bisa dimulai dari kali ciliwung, dan masih banyak kali yang lainnya. Sekarang tergantung dari diri sendiri dan kesadaran pemerintah untuk merelokasikannya.


Sumber :
situs-update.blogspot.com

Wednesday, September 5, 2012

Kenalan, yuk dengan Si Pintar dan Usil dari Selandia Baru

Terdengar bunyi berisik dari luar kabin perkemahan di pegunungan South Island. Seperti ada yang main perosotan. Tak lama kemudian diikuti bunyi batu-batu kerikil yang menggelinding jatuh di atap.

Seluruh keluarga yang sebelumnya berencana tidur setelah lelah seharian menikmati alam bebas, terpaksa keluar mencari tahu sumber suara. Betapa kagetnya mereka melihat beberapa pasang burung Kea sedang asik bermain di atap kabin. Suara mereka riuh "Kee-aa...kee-aa..." seolah senang melihat manusia yang bisa diajak bermain.

keaconservation.co.nz

Itulah burung Kea, sejenis nuri berukuran besar (48-50 cm), unggas endemik di Selandia Baru. Dinamakan Kea (bahasa Maori) mungkin karena suara pekikan burung tersebut. Sebagian besar warnanya hijau zaitun dengan warna oranye di bagian sayap dalam. Makanannya akar, buah, dedaunan, nektar, dan serangga.

Burung ini terkenal pintar namun usil. Mereka tidak takut dengan kehadiran manusia, malah sering mengajak bermain. Namun, nakalnya tak ketulungan. Sebagai burung yang dilindungi, Kea bebas berinteraksi dengan manusia.

Bagaimanapun, wisatawan yang datang ke South Island dianjurkan harus berhati-hati. Masalahnya, Kea sering merusak barang-barang bawaan orang yang berkemah. Sempat ada laporan, seorang wisatawan yang lalai mengawasi sleeping bag, tak lama kemudian burung ini sudah asik mengacak-acak dan menyisakan serpihan kapuk yang berterbangan.


bioexploration.org

Apa pun yang bentuknya bulat akan digelindingkan di bukit terdekat. Apa pun yang mengkilap akan diperebutkan. Burung Kea juga senang membawa terbang tinggi benda yang mereka ambil dari perkemahan, lalu dijatuhkan ke tanah. Hal ini bisa dilakukan berulang-ulang tanpa alasan tertentu, selain memang senang melihat benda itu jatuh.

Burung pintar
Selain usil, burung ini juga memiliki intelejensi yang di atas rata-rata. Kea bisa cepat belajar sesuatu hal hanya dengan daya pengamatan. Sifat ingin tahu Kea sering membuat orang berdecak kagum.

Di sebuah stasiun kereta api lintas gunung, seekor kea terlihat sedang menyelidiki dua kaleng penuh susu yang diletakkan di peron. Dengan seenaknya ia membuka tutup salah satu kaleng  dan menjulurkan kepalanya untuk minum.

gogreentravelgreen.com

Penjaga peron segera mengusirnya. Lalu sebatang tongkat logam berikut gagang penguncinya diletakkan di atas kaleng agar tutupnya tidak bisa dibuka lagi. Tak lama, Kea tadi datang lagi. Ia mengamati besi tersebut selama satu sampai dua menit. Kemudian ia menggeser tongkat besi tadi dan membuka kunci dengan paruhnya. Setelah itu barulah ia mengangkat kembali tutup kaleng dan lagi-lagi minum susu di dalamnya.

Contoh kecerdasan lainnya juga terlihat di arena ski. Kea sering mengamati manusia yang meluncur turun di atas papan ski. Tak lama, burung-burung ini pun mengikuti gaya orang yang main ski, kaki mereka ditekuk seperti orang yang main ski lalu meluncur turun dari ketinggian.

Banyak lagi cerita-cerita tentang kepintaran dan kenakalan burung Kea. Walau demikian, penduduk Selandia Baru sangat menyayangi burung ini. Apalagi beberapa tahun belakangan burung ini semakin terancam.  Sebuah studi di Nelson Lakes National Park menunjukkan penurunan yang signifikan antara 1999 hingga 2009.

thegreedsnewzealandadventure2010.blogspot.com

Ditengarai banyak burung Kea yang mati akibat keracunan timbal yang sebagian besar dari bahan bangunan. Banyaknya pembangunan rumah inap di kawasan pegunungan dekat habitat Kea jadi salah satu penyebab. Maklum, burung ini punya ingin tahu yang besar dan suka bermain dengan benda-benda asing.

Selain ancaman keracunan, konon masih banyak pemburu yang sengaja menjadikan burung Kea sebagai target. Dikutip dari wikipedia, pada 1990-an penduduk Fox Glacier menewaskan 33 Kea taman gletser. Lalu pada tahun 2008, dua Kea ditembak di Arthur Pass dengan sengaja. Kasihan...






Apakabardunia / Diolah dari berbagai sumber




Tuesday, August 7, 2012

Setan Asia Timur ini Meresahkan Amerika

Seorang turis muda, Tomas Celar (19) dari Ceko sedang menikmati liburan musim panas di Punta Cana, Republik Dominika bulan Juli lalu.
Sebagai fotografer, ia selalu membawa kamera ke berbagai tempat yang dikunjungi. Hasil jepretan yang ia dapat membuatnya kaget ketika melihatnya dengan teliti di komputer.

"Awalnya saya berharap gambar ini akan kelihatan sangat keren, tapi saya tak menyadari sampai saat mengunduh dari kamera. Benar-benar bertampang setan," ujar Celar, "Ini benar-benar hewan bertampang setan yang pernah saya lihat."

Inilah tampangnya secara close-up:


Devil Beetle ini disebut longhorned. Ya, memang hanya sejenis serangga yang seolah tak berbahaya, kecuali tampangnya yang menyeramkan. Panjang tubuhnya sekitar 4 cm saja. Termasuk dalam genus Anoplophora, berasal dari Asia Timur. Banyak terdapat di Cina, Korea, dan Jepang.

Bagaimanapun, longhorned saat ini membuat khawatir pemerintah Amerika Serikat. Masalahnya, kumbang setan ini termasuk dalam hama invasif yang menghancurkan.

Ditemukan pertama kali di Amerika Serikat tahun 1996, diduga berasal dari belahan kayu dari peti kemas di pelabuhan yang datang dari kawasan Asia.




Perkembang-biakannya di Amerika belakangan membuat pohon-pohon seperti maple, willow, elm, horsechestnut dan birsch terancam. Maklum, longhorned suka memilih jenis-jenis pohon tersebut sebagai host (inang).

Hasilnya, sejak tahun 1996, serangga ini mengakibatkan hancurnya lebih dari 80.000 pohon-pohon tadi. Tentunya, sangat mengancam tempat rekreasi, hutan, dan pohon-pohon penghijauan di kota-kota Amerika.

Perilaku manusia sendiri sebenarnya jadi penyebab kerusakan pada keseimbangan alam. Migrasi manusia ke wilayah-wilayah baru terkadang membawa hewan, atau serangga yang akhirnya merusak lingkungan di tempat baru.

Sebagai contoh Australia, sebelum datangnya orang-orang kulit putih merupakan surga keanekaragaman hayati flora dan fauna. Orang-orang barat ini kemudian membawa kelinci di abad 18, dan akhirnya merusak ekologi di benua kanguru tersebut. Kelinci membuat punah beberapa spesies tanaman dan juga menyebabkan banyak erosi tanah. Sampai sekarang kelinci masih menjadi masalah besar di Australia.




Sumber:
dailymail

Tuesday, July 31, 2012

Gawat, Sebentar Lagi Capung Hilang dari Indonesia

Sebuah laporan mengejutkan datang dari World Dragonflies Association (WDA) atau komunitas pecinta capung internasional yang berpusat di Inggris. Diberitakan, capung di Indonesia terancam punah.

Tak mengherankan, semakin lama bertambah susah menemukan capung terbang di alam bebas. Di tahun 80-an, kita masih mudah melihat koloni capung di lapangan, di antara semak dan pepohonan, apalagi saat musim panas tiba.

wonderfulphotos.com

Orang tua kita dulu masih percaya mitos, bahwa capung bisa menghentikan kebiasaan ngompol pada anak. Caranya dengan membiarkan capung menggigit pusar di perut. Pernah dengan kepercayaan demikian?

Dewasa ini, di mana kita bisa dengan mudah menemukan capung? Menurut Ketua Indonesia Dragonfly Society (IDS) Wahyu Sigit, catatan dari WDA berdasarkan temuan PBB menyebutkan kondisi perairan di Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal kehidupan capung sangat tergantung pada kondisi air.

"Di beberapa daerah yang terdapat air, sudah banyak tidak ditemukan capung. Di Malang, capung tidak ditemukan di Talun atau sepanjang Sungai Brantas,” paparnya seperti dikutip dari tribunnews.

Keberadaan capung Indonesia memang semakin mengkhawatirkan. Hal ini bisa disamakan dengan eksistensi kunang-kunang yang juga terancam punah.

Budayawan Prie GS pernah menyinggung hal ini dalam sebuah acara. Disebutkan, orang Jepang yang menyadari kunang-kunang telah musnah dari negeri mereka terpaksa beternak kunang-kunang agar bisa disebarkan lagi di alam. Apakah hal yang sama akan, dan terpaksa kita lakukan di negeri ini?


Catatan

Capung memiliki beberapa nama unik di setiap daerah. Orang Sunda menyebutnya papatong, di Jawa dikenal kinjeng, coblang, gantrung, atau kutrik. Orang Banjar mengenal kasasiur, dan di Flores disebut tojo.

Ironis, ada sekitar 700 jenis capung di Indonesia, dan 136 jenis di antaranya bisa ditemukan di Jawa. Faktanya, tidak banyak buku tentang capung untuk lebih mengakrabkan hewan pemakan jentik nyamuk dan hama di sawah ini.

Berdasar catatan IDS, hinggga kini hanya dua buku karya orang Indonesia yang membahas tentang capung, yitu ‘Mengenal Capung’ karya Shanti Susanti terbitan Puslitbang Biologi-LIPI tahun 1998, dan kumpulan esai berjudul ‘Capung Teman Kita’ yang diterbitkan Pelestarian Pusaka Indonesia pada 2011 lalu.

Apakah kita sudah terlambat menyelamatkan capung dari kepunahan?


Sumber:
tribunnews

Tuesday, July 17, 2012

15 Danau di Indonesia Sudah Kritis

Walau alam Indonesia masih indah, sebenarnya sudah banyak yang rusak oleh ulah manusia. Selain hutan, kini danau pun ikut terancam dan kondisinya semakin kritis.

Danau-danau kritis itu antara lain Danau Toba di Sumatera Utara; Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatera Barat; Danau Kerinci di Jambi; Rawa Danau di Banten, Danau Rawapening di Jawa Tengah; Danau Batur di Bali; Danau Tempe dan Danau Matano di Sulawesi Selatan; Danau Poso di Sulawesi Tengah; Danau Tondano di Sulawesi Utara; Danau Limboto di Gorontalo; Danau Sentarum di Kalimantan Barat; Danau Cascade Mahakam-Semayang, Danau Melintang, dan Danau Jempang di Kalimantan Timur; dan Danau Sentani di Papua.

 

Danau Toba/ m-explorer.blogspot.com


Sebenarnya, pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I di Bali tahun 2009 lalu ada 15 danau kritis di Indonesia. Sehingga saat konferensi, disepakati untuk menjadikan danau-danau tersebut sebagai danau prioritas periode 2010-2014.
 
Ada 6 kriteria penilaian untuk menentukan danau prioritas.

1.Kerusakan danau yang meliputi sedimentasi, pencemaran, eutrofikasi, penurunan kualitas dan kuantitas air yang tinggi.

2. Pemanfaatan danau yang beragam, antara lain untuk pembangkit listrik, pertanian, perikanan (budidaya keramba), air baku, nilai religi dan budaya, pariwisata, serta kondisi masyarakat di sekitar danau.

3. Komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan danau.

4. Fungsi strategis danau.

5. Kandungan biodiversitas di sekitar lingkungan danau, misal, adanya spesies ikan endemik, burung, dan vegetasi.

6. Nilai penting karbon terkait pengaruh perubahan iklim global.

"Danau-danau ini dipilih berdasarkan kritisnya tingkat kerusakan dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat sekitar," kata Kepala Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Tri Widiyanto.

"Setiap danau memiliki karakteristik berbeda-beda sehingga perlu penanganan yang spesifik untuk setiap tipe danau," kata Tri.
Tri mengatakan, pengelolaan danau yang tidak berkelanjutan dapat menimbulkan berbagai persoalan, antara lain bencana kematian massal ikan, pencemaran, banjir, kekeringan dan berpotensi memicu konflik sosial masyarakat.


"Perlu kearifan dan landasan kajian ilmiah yang komprehensif dalam pengelolaan maupun pemanfaatan danau," kata Tri. Selain itu diperlukan pula kajian mitigasi bencana dan peran serta masyarakat dalam menjaga pelestarian danau di Indonesia.




 
Sumber:
tempo.co