Sejarah pengebirian pada pria telah ada sejak dulu. Bahkan dengan beberapa alasan tertentu, ada pria yang dengan sukarela dikebiri. Latar belakang mereka yang rela dikebiri antara lain karena ingin mendapat kekayaan dan kekuasaan, fanatisme agama yang menganggap akan bisa lebih dekat dengan tuhan jika telah dikebiri atau karena alasan mempertahankan karir menyanyinya di opera.
Sejarah mencatat orang-orang yang menjalani pengebirian atas kemauan sendiri. Kita akan simak kisah beberapa diantaranya.
Thomas "Boston" Corbett
Corbett adalah seorang tentara AS yang berbakat namun memiliki kebiasaan buruk pada prostitusi dan minuman keras. Sampai pada suatu malam di tahun 1850, ia terpesona pada sebuah ayat injil yang dibacakan seorang penginjil. Ia menjadi jemaat yang rutin datang ke gereja.Ia dinasehati agar keluar dari kebiasaan buruknya. Corbett yang pada saat itu berusia 26 tahun menerima nasehat tersebut. Ia bersumpah untuk berhenti mabuk-mabukan dan mulai memanjangkan janggut dan rambutnya agar mirip dengan gambaran Jesus.
Namun kefanatikan Corbett ditafsirkannya dengan cara yang aneh. Suatu hari saat ia sedang melakukan pelayanan pada 1858, Corbett digoda oleh sepasang pelacur, dan secara naruliah Corbett terangsang. Merasa bersalah dengan sifat alaminya, ia pulang kerumah, mengambil gunting lalu memotong testisnya sendiri. Lalu ia segera kembali lagi ke gereja.
Ternyata ia terinspirasi dengan ayat injil Matius 19:12 yang berbunyi : "Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."
Corbett terkenal setelah menjadi orang yang membunuh pembunuh presiden Abraham Lincoln.
Para Penyanyi Castrato
Jumlah para pria yang dikebiri pada abda ke-17 dan ke-18 di Eropa sekitar 4000 orang. Para anak lelaki melakukan pengkebirian pada usia 8 tahun untuk memastikan agar pita suara mereka tidak berkembang menjadi pita suara pria dewasa karena mengalami pubertas.Kebiri pada pria anggota paduan suara sangat lazim ditemui pada masa itu, karena perempuan tidak diizinkan untuk menyanyi sesuai dengan aturan ketat dari Gereja Katolik saat itu. Karenanya, diperlukan beberapa orang pria yang memiliki suara bernada tinggi sebagai ganti ketidakhadiran wanita.
Tidak semua anak laki-laki dikebiri, mereka dipilih berdasarkan bakat dan kemampuan bernyanyinya. Anak-anak laki-laki dan para pria yang dipilih untuk menjalani operasi kebiri bersedia melakukan pengorbanan besar demi karir musik mereka.
Para penyanyi yang melakukan pengebirian ini disebut castrato. Praktik ini mulai memudar pada abad ke-19 seiiring mulai longgarnya aturan Gereja Katolik di eropa.
Alessandro Morechi
Penyanyi castrato terakhir adalah Alessandro Morechi. Mulai tahun 1870, praktek pengebirian dilarang oleh pemerintah Italia. Moreschi (1858-1922) memulai karirnya dengan bergabung di Kapel Sistina pada tahun 1883 dan menjadi dirigen paduan suara di tahun 1898. Ia pensiun pada tahun 1913.Ia adalah penyanyi castrato terakhir dan satu-satunya penyanyi castrato yang pernah terekam suaranya. Nyanyian suara castratonya yang direkam pada tahun 1902 bisa Anda dengarkan disini. Entah karena latar belakangnya sebagai penyanyi castrato terakhir, mendengar rekaman suaranya terasa agak merinding.
Para Kasim Istana Kerajaan
Pengebirian pertama kali yang tercatat sejarah telah ada sejak abad 21 sebelum Masehi di kerajaan Sumeria, tepatnya di kota Lagash. Berabad-abad kemudian, praktek ini berkembang secara luas dengan tujuan berbeda-beda di banyak kebudayaan; Kasim, penyanyi, pendeta, tentara, penjaga kerajaan, pejabat pemerintah, dan para pelayan harem.Kasim Istana Cina sebelum tahun 1908 |
Kebiri biasanya dilakukan pada pelayan atau budak agar menjadi orang yang dipercaya untuk mendapat akses fisik ke lingkungan istana. Tanpa nafsu birahi, para raja akan merasa aman memerintahkan mereka untuk melayani permaisuri, para selir dan putri kerajaan.
Seiiring waktu, Kasim mendapat kepercayaan lebih dengan mendapat jabatan publik yang prestisius. Dalam sejarah kerajaan-kerajaan China dan Korea, para kasim memegang peranan penting dan punya pengaruh besar di lingkungan istana.
Nafsu birahi memang akan hilang, namun nafsu akan harta dan kekuasaan tetap melekat di diri para kasim. Kecenderungan ini yang terlewatkan oleh para raja, sehingga intrik-intrik kerajaan sering dibantu, atau bahkan dirancang dan dimotori para kasim istana.
Di Cina kuno, pengebirian adalah syarat untuk bisa bekerja di istana sebagai kasim. Selain ada yang dikebiri paksa, banyak pria yang rela di kebiri karena berharap bisa mengabdi di istana dan mendapat kekuasaan yang besar karena menjadi orang kepercayaan raja.
Seorang kasim kulit hitam di Kerajaan Ottoman, Turki tahun 1870 |
Dibalik semua alasan diatas. Pengebirian pada pelaku kejahatan seksual tetap memiliki dampak negatif. Efek negatif paling nyata adalah perubahan fisik berupa penuaan dini akibat pengeropasan tulang bila dilakukan pengebirian secara kimiawi dan perubahan bentuk tubuh pria menjadi feminim bila dilakukan operasi pembuangan testis.
Belum lagi gangguan psikis yang akan dialaminya, karena pengebirian lebih pada mematikan fungsi fisik namun tidak pada mentalnya. Dan bila mentalnya tetap sakit, pengebirian malah akan membuat si predator dendam dan bisa melakukan hal lebih gila lagi.
Mungkin ada benarnya pendapat Dr. Boyke, daripada dihukum kebiri, lebih baik ditembak mati.
Artikel sejarah menarik lainnya:
Sejarah Kelam Raja-Raja Yang Sakit Jiwa
Tokoh Legendaris Yang Diyakini Pernah Ada Namun Belum Memiliki Bukti Sejarah
10 Tragedi Hukuman Mati Yang Gagal
9 Tokoh Terkenal Yang Mati dengan Cara Konyol
Post a Comment