|
|
Ada pemandangan berbeda di salah satu sisi Museum Fatahillah. Salah satu sisi tersebut, kini berubah menjadi arena terbuka yang dinamakan Lorong Rupa.
Lorong Rupa menjadi wadah bagi pengunjung yang ingin belajar dan menuangkan hobinya di bidang seni. Chandut (29), salah seorang seniman di Lorong Tattoo, mengatakan, kata ‘lorong’ berasal dari kawasan yang mereka tempati di Kota Tua. Sedangkan ‘rupa’ untuk menunjukkan keragaman seni yang ditampilkan.
Lorong Rupa muncul dari gagasan Egi dan Yance yang memang menggemari kesenian. Lorong Rupa yang tidak mau disebut sebagai komunitas, merupakan ruang bebas bagi anda yang tertarik dengan dunia seni. “Kita menghindari birokrasi yang menaungi komunitas. Jadi kita menggarisbawahi kalau Lorong Rupa bukan komunitas.
Seniman di Lorong Rupa berjumlah sekitar 30 orang. Lorong Rupa terbagi menjadi lima bagian yaitu: Lorong Sketsa, Lorong Siluet, Lorong Kriya, Lorong Warna dan Lorong Tattoo. Lorong Sketsa memamerkan hasil karya berbentuk sketsa. Lorong Siluet ialah ruang untuk ornament dari karton hitam yang membentuk bayangan atau siluet.
Lorong Kriya menyuguhkan berbagai kreasi dari tempurung kelapa, bamboo, ataupun benda daur ulang. Bahan tersebut dibuat menjadi gelang, kalung bahkan tas. Lorong Warna menyajikan hasil karya berupa lukisan pada media tas, t-shirt, ataupun benda lain berbahan dasar kain. Sedangkan Lorong Tattoo menyajikan disain tattoo sementara sesuai selera pengunjung. Selain itu, Lorong Rupa juga mengadakan acara musik dan teatrikal setiap sabtu malam di kawasan Kota Tua.
Hasil kreasi Lorong Rupa yang memenuhi sisi Museum Fatihillah ini memanjakan mata pengunjung. Sehingga memancing pengunjung untuk menyambangi tiap lorongnya.
Spoiler for Lorong Rupa: |
sumber :http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=15410431
Post a Comment