Ini Pemulung yang Jadi Anggota DPRD

SURABAYA POST - Tumpukan sampah berserakan di sebuah gudang. Puluhan orang memilahnya lalu mengikatnya jadi satu sebelum ditimbang dan dimasukkan ke dalam truk untuk dijual ke ke pabrik. Di antara orang-orang yang bergelut dengan sampah itu, ternyata terlihat satu anggota DPRD Sidoarjo, I Wayan Dendra.

Tanpa gengsi Wayan membaur dengan karyawannya yang sedang memilah sampah plastik dan kardus di gudang itu. Pun tiada kekhawatiran atau prasangka meski kadang seorang pemulung dicibir atau dikira pencuri. “Saya tak ada pikiran seperti itu, yang penting saya bekerja dan dapat uang,” katanya di sela aktivitasnya memilah sampah.

Sebelum bergelut dengan sampah Wayan bekerja manajer personalia di sebuah perusahaan. Dia sempat pula memelajari dan mengenal seluk beluk dunia perburuhan. Kesenangannya berorganisasi sejak masih kanak-kanak membuatnya dipilih sebagai Ketua Forum Manajer Personalia dan sempat pula aktif di Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) – SPTI.

Bosan dengan pekerjaan sebagai personalia, Wayan memilih keluar dari perusahaannya dan ingin membuat usaha sendiri. Jadilah dia pemulung sampah plastik dan kardus di pabrik maupun rumah-rumah sekitar tahun 2000.

Pertama kali jadi pemulung, dia pernah hanya mendapatkan beberapa kardus yang dihargai Rp 40 ribu. “Saya senang sekali waktu itu,” kata pria yang punya pandangan agar dalam bekerja jangan memandang gengsi.

Kalau kemudian Wayan bisa memasuki wilayah legislatif, itu lantaran kepiawaiannya berorganisasi. Sejak kecil dia sudah menyukai organisasi, ini terbentuk dari kehidupan keras dan cadas.

Anggota dewan dari Partai Hanura ini juga dikenal sebagai lelaki paling nakal sewaktu di sekolah dasar. Sehingga apapun kata-katanya, dituruti oleh teman sebayanya meski hal itu tak baik. Seperti mencuri buah-buahan dan lainnya saat pulang sekolah. Kenakalan yang wajar bagi anak-anak waktu itu di tanah kelahirannya, Desa Asah Duren, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

Setamat sekolah dasar, Wayan melanjutkan sekolah jenjang berikutnya. Baru pada jenjang SMA, dia melanjutkan di Surabaya dan mewujudkan obsesinya semasa kecil, menjadi sopir truk. “Ilhamnya dari tetangganya yang jadi sopir truk di Surabaya yang setiap pulang selalu membawa oleh-oleh yang banyak. Bayangan saya sewaktu kecil, jadi sopir truk itu enak dan bisa pergi ke mana-mana,” ujarnya sambil tertawa.

Selepas SMA, politisi yang dikarunia lima orang anak ini melanjutkan pendidikan sarjana muda di Universitas Atmajaya. Setelah lulus, dirinya mengadu nasib di kota tempatnya menempuh pendidikan (Jakarta, red). Pekerjaan apapun dijalaninya, mulai dari calo bemo, sopir pribadi, serta makelar.

Dengan pekerjaan sebagai pemulung, Wayan mengaku bisa menghidupi istri dan lima anaknya. Tekadnya untuk tidak hidup susah seperti masa kecil membuatnya selalu bekerja maksimal. Maklum orangtuanya yang hanya tamatan sekolah rakyat kelas tiga tak bisa berbuat banyak untuk mencukupi pendidikannya. Kegigihan orangtuanya agar anaknya tidak seperti dirinya, melecut semangatnya. “Orangtua saya ingin anaknya sekolah agar tidak seperti dirinya,” ujarnya.

Berbekal relasi selama bekerja di perusahaan, usaha mulung sampah Wayan menuai sukses. Dalam sehari bisa memperoleh keuntungan yang lumayan besar. Dengan dibantu 60 orang yang diistilahkan sebagai rewang, tempat pemulungan sampah miliknya kini bisa mengangkut 10 rit truk per hari. Di gudangnya yang berada di kawasan Prambon itu, sampah-sampah dari pabrik dipilah-pilah lagi sebelum dijual.

Keakrabannya dengan dunia organisasi, membuatnya dilirik oleh DPD Partai Hanura untuk mendirikan DPC Partai Hanura di Sidoarjo. Wayan pun bersedia mendirikan partai tersebut dan menjadi ketuanya. Karena tuntutan partai, dirinya kemudian mencalonkan sebagai calon legislatif pada Pemilu 2009 dan terpilih. “Menurut saya, menjadi anggota dewan adalah aktualisasi diri,” ujarnya.

Karena itu, selama menjadi anggota DPRD, dirinya tidak pernah bermain-main ketika membahas anggaran. Wayan juga menjadi wakil ketua Komisi C bidang pembangunan DPRD Sidoarjo merangkap sebagai ketua Fraksi Hanura/Gerindra.

Meski telah menjadi anggota dewan, Wayan tidak sungkan memakai pakaian ala pemulung ketika pulang dan bekerja di gudangnya.

Kini, I Wayan Dendra punya obsesi mendirikan yayasan anak yatim piatu. Dia mengaku sudah mempunyai beberapa anak asuh. Anak asuh ini memang dititipkan di keluarga masing-masing, namun untuk kebutuhan hidupnya, Wayan mengunjunginya satu persatu setiap sebulan sekali. “Mudah-mudahan terwujud,” ujarnya.

Hari Istiawan




sumber :http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=16826591

Post a Comment

Previous Post Next Post