"Harga pertamax naik dari Rp 10.200 per liter menjadi Rp 10.600 per liter. Kenaikan terjadi sejak akhir Agustus, namun dalam bulan itu ada dua kali kenaikan," kata Sales Representative Depo Pertamina Ampenan Galih Pradipto.
Menurut dia, harga minyak dunia yang terus melambung menyebabkan harga pertamax atau BBM nonsubsidi itu juga ikut mengalami kenaikan.
Jika harga BBM nonsubsidi itu terus merangkak naik, Galih memprediksi, permintaan konsumen akan semakin berkurang, meskipun BBM tersebut kualitasnya lebih bagus dibandingkan BBM jenis premium yang saat ini harganya masih disubsidi.
"Penjualan pertamax diperkirakan akan terus mengalami penurunan, kalau harganya terus melambung. Masyarakat tentu akan memilih BBM premium bersubsidi yang harganya Rp 4.500 per liter," ujarnya.
Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya akan terus berupaya mengajak masyarakat menggunakan bahan bakar nonsubsidi tersebut, terutama bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.
Upaya mengkampanyekan penggunaan BBM pertamax juga dilakukan dengan cara memperbanyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di Pulau Lombok, untuk melayani pembelian pertamax.
Jumlah (SPBU) di NTB, sebanyak 57 unit yang tersebar di Pulau Lombok sebanyak 38 unit, namun yang sudah melayani pembelian BBM nonsubsidi jenis pertamax baru 23 unit.
Sementara jumlah SPBU di Pulau Sumbawa sebanyak 19 unit tersebar di Kabupaten Sumbawa Barat tiga unit, Kabupaten Sumbawa tujuh unit, Kabupaten Dompu empat unit, Kabupaten Bima dua unit dan Kota Bima tiga unit.
Selain memperbanyak lokasi penjualan pertamax, PT Pertamina juga memberikan bingkisan kepada konsumen pengguna BBM jenis premium untuk memotivasi mereka beralih menggunakan BBM jenis pertamax. (*/hry)
Post a Comment