Kini semua orang mungkin sudah mengenal istilah Gangnam Style yang dipopulerkan oleh penyanyi PSY, bahkan Gangnam Style telah menjadi omongan orang di seluruh dunia hingga ke para artis Hollywood.
Mungkin dari sebagian Anda bertanya-tanya Gangnam itu apa, dan seperti apa wujudnya sehingga ia mendapat perhatian begitu besar, bahkan sejak diposting satu bulan yag lalu di YouTube, setidaknya hampir 123 juta orang telah melihat video klip tersebut.
Dikutip dari Visitkorea, Selasa (11/10), Gangnam adalah salah satu dari 25 distrik yang membentuk kota Seoul, Korea Selatan. Distrik Gangnam merupakan salah satu daerah yang paling makmur di Seoul dan terletak di sebelah tenggara kota. Dalam bahasa Korea, Gangnam berarti �Selatan sungai�.
Distrik Gangnam populer akan beragam tempat perbelanjaan dan tempat hiburannya, bahkan kawasan ini terkenal akan kehidupan malamnya yang tak kenal berhenti dan terus berdenyut hingga pagi hari.
Bar dan klub yang berada di distrik Gangnam memang buka sampai pukul 2.00 atau 4.00 pagi, beberapa restoran bahkan buka 24 jam. Harganya pun disebut-sebut relatif lebih murah di ketimbang di daerah Kangbuk (utara Sungai Han).
Bila Anda mempunyai hobi berbelanja, distrik Gangnam punya tempat berbelanja yang menarik yakni Rodeo Street. Di sepanjang jalan ini dari arah stasiun Gangnam hingga Stasiun Samseong Anda dapat menemui beragam toko yang menjajakan berbagai jenis barang.
Kawasan Rodeo Street memang terkenal sebagai pusat fesyen nomor satu di Korea Selatan. Kawasan ini sudah ada sejak 1990an. Pada zaman dahulu, Rodeo Street hanya menjual barang-barang mewah dengan harga selangit yang ditujukan untuk kalangan ekonomi atas, namun kini tak lagi.
Tak hanya terkenal akan tempat berbelanjaan yang menarik dan tempat hiburan yang gemerlap, distrik Gangnam juga mempunyai beberapa tempat ideal untuk berwisata, salah satunya adalah kuil Bongeunsa yang berada di seberang COEX Mall.
Kuil Bongeunsa merupakan salah satu kuil tertua yang ada di Gangnam. Kuil ini dibangun pada 794 masa pemerintahan Kerajaan Silla. Pada 1939, mayoritas bangunan asli dari kuil ini terbakar ketika dijajah Jepang. Seiring berjalannya waktu, kuil ini direnovasi dan dibangun kembali.
Selain itu ada pula Museum Kimchi Pulmuone. Museum ini memuat sejarah kimchi, cara pembuatan, jenis-jenis kimchi, bahan-bahan pembuatnya, literatur mengenai kimchi, bahkan Anda dapat membuat kimchi di museum ini. Tiket masuk ke museum ini sebesar 3.000 Won (sekitar Rp 25 ribu).
Post a Comment