Sejauh mana menyikapi pemberian Allah?


Sejauh mana menyikapi pemberian Allah?

Semasa menjadi nabi dan rasul, Musa selalu berdakwah mengajak orang-orang untuk beribadah kepada Allah SWT dan meninggalkan ajaran menyembah berhala. Karena kesungguhan dakwah nabi, tidak terhitung jumlah pengikutnya. Dan di antara mereka ada yang muda, tua, kaya, dan miskin.

Suatu hari, Nabi Musa didatangi oleh pengikutnya yang miskin. Pakaiannya compang camping, wajahnya lusuh dan pandangannya sayu. Sambil menahan lapar, dia mengeluh kepada nabi. Menurut si miskin, nasibnya tidak pernah berubah, selalu berkecimpung dalam kekurangan dan kelaparan.

"Tolong sampaikan kepada Allah SWT atas permohonanku ini, agar kiranya Allah SWT berkenan menjadikan aku orang kaya," kata orang miskin itu, seperti dikutip dari buku Ia Masuk Surga Padahal Tak Pernah Salat, tulisan Badiatul Muchlisin Asti.

Mendengar keluhan pengikutnya, Nabi Musa hanya tersenyum. Tidak banyak nasihat yang diberikan kepada si miskin, nabi hanya menyarankan supaya dia selalu bersyukur kepada nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Bukannya berterima kasih, si miskin justru kesal dan berbicara lantang kepada nabi. "Bagaimana aku mau banyak bersyukur, bila aku makan pun jarang, dan pakaian yang aku punya pun hanya selembar ini saja," bentak si miskin. Sambil memendam kekesalan, dia pergi meninggalkan nabi.

Setelah si miskin pergi, tidak lama nabi didatangi oleh pengikutnya yang kaya raya. Setiap hari, kehidupannya selalu dekat dengan kenikmatan dan kenyamanan. Setelah mengucapkan salam dan duduk di depan nabi, si kaya memohon kepada supaya dirinya dijadikan miskin.

Dia mengaku kesulitan memelihara hartanya yang terus bertambah setiap harinya, bahkan terkadang dirinya terganggu dengan harta yang menumpuk tinggi di rumahnya. Untuk itu, dia berharap Allah SWT memberikan dirinya kemiskinan, supaya bisa tenang beribadah kepadaNya.

"Wahai saudaraku, janganlah kamu bersyukur kepada Allah SWT," jawab nabi sambil tersenyum mendengar keluhan pengikutnya itu.

Si kaya tidak bisa menerima nasihat nabi. Dia mengaku tidak bisa untuk tidak bersyukur kepada Allah SWT. Untuknya, setiap nikmat yang diberikan Allah SWT, selalu dia syukuri.

"Bila Allah SWT telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat, dengan telinga aku bisa mendengar, Allah SWT memberikan aku tangan untuk aku bekerja, dan kaki untuk berjalan. Atas melimpahnya kenikmatan-kenikmatan itu, bagaimana mungkin aku tak bisa mensyukurinya?" kata si kaya.

Karena tidak mendapatkan jawaban memuaskan dari nabi, kemudian si kaya tersebut pulang. Setelah sekian lama tidak bertemu, suatu hari nabi mendengar kabar jika pengikutnya yang kaya raya, telah menjadi juragan besar karena kepandaiannya bersyukur. Sedangkan si miskin, dia tetap tidak bisa mensyukuri pemberian dari Allah SWT, sehingga dia semakin kurus tanpa ada pakaian yang melekat di dadanya.


sumber :http://www.merdeka.com/ramadan/sejauh-mana-menyikapi-pemberian-allah.html

Post a Comment

Previous Post Next Post