Bermodal penasaran, saya menyambangi Masjid Dian Al Mahri dan menyematkan beberapa sujud di dalam sana, Senin (6/8/2012). Letaknya di tepi jalan membuat bangunan ini tidak sulit untuk dicari. Dari pintu masuk, masjid megah tersebut sudah mulai terlihat. Masjid ini sudah menjadi ikon di kawasan Jl Raya Maruyung, Limo, Kota Depok. Bertemu pelancong dari luar kota bukanlah sesuatu yang aneh kala berkunjung ke sini.
Perlahan, saya menapaki jalan dari pintu masuk. Kubah utama yang diapit 2 kubah kecil berkilau seakan ingin menyampaikan bahwa warna kuning tersebut bukan sekadar cat. Ya, kubah ini dilapisi dengan emas. Ada 5 kubah yang terdiri dari 4 kubah kecil dan 1 kubah besar. Jalan paving blok membentang luas dan rapih. Hamparan rumput membentang dilengkapi dengan kumpulan bunga dan pepohonan.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya sampailah saya di sebuah pintu masuk. Sayangnya, tertulis di sana "pintu masuk pria". Saya masih harus berjalan 100 meter ke belakang untuk masuk ke area wanita. Ada 2 lorong dengan tangga menurun yang menjadi tempat penitipan sendal dan sepatu. Selesai menitip alas kaki, saya kembali dihadapkan dengan tangga yang menanjak.
Di sebelah kanan, terdapat tempat wudhu. Selesai mensucikan diri, saya melangkahkan kaki menuju komplek dalam masjid. Aula dan lorong dalam kental dengan arsitektur bergaya Timur Tengah. Tak heran banyak wisatawan yang berfoto di sana karena suasananya seperti sedang berada di masjid luar negeri. Kicau burung masih terdengar jelas di sana, bahkan beberapa kali terlihat burung melintas di antara pilar.
Setelah melewati lorong yang indah, akhirnya saya memasuki masjid. Karpet empuk berwarna hijau menjadi pijakan saya. "Assalamulaikum", saya pun melangkah sambil memandangi sekeliling. Lampu kristal indah menghias di tengah kubah yang cembung. Lukisan dinding seperti awan dan langit melengkapi kecantikan kubah.
Pilar putih berderet rapih menopang bangunan megah ini. Di kejauhan, terdapat mimbar berwarna keemasan yang digunakan imam untuk memimpin salat. Tidak ada siapa-siapa lagi di dalam masjid pagi itu, ketika saya mengenakan mukena untuk salat dhuha. Suasananya sungguh menenangkan hati. Meresapi setiap lafaz yang diucapkan dalam hati, serta menikmati setiap gerakan salatnya.
Saat tersungkur khidmat dalam nikmat, betapa segar batin ini ketika perlahan kalbu terasa menghangat. Tak ingin rasanya segera mengangkat wajah ini dalam sujud yang terakhir.
Ketenangan di sana tercipta dengan sendirinya, seakan didukung semesta. Dengan mengucap syukur dan melantun sederet dzikir, kunjungan ke rumah Allah pun usai sudah. Kaki ini melangkah pulang dengan batin yang kembali terisi penuh.
sumber :http://travel.detik.com/read/2012/08/06/193328/1984645/1383/bersimpuh-di-masjid-kubah-emas-depok?vt22021024
Post a Comment