Penelitian tersebut menyoroti akibat dari perkawinan cumi-cumi, menurut penelitian yang diterbitkan pada 17 Juli di jurnal Biology Letters. Kelelahan setelah kawin dapat membuat cumi-cumi tidak bisa mencari makan, menghindari predator, atau kembali melakukan perkawinan, menurut hasil penelitian dari Amanda Franklin, dalam penelitiannya sebagai mahasiswa pasca-sarjana di Universitas Melbourne di Australia.
"Mengetahui akibat perkawinan bisa memberikan informasi penting mengenai evolusi dari strategi reproduksi dan penuaan," tulis Franklin dalam sebuah email kepada LiveScience.
Untuk beberapa binatang, hasrat untuk melakukan perkawinan membutuhkan pengorbanan besar. Perhatikan jaring sarang laba-laba jantan, yang menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan untuk betina saat kawin, memperlama masa kawin, dan memungkinkan gen-nya bisa diwariskan. Tetapi pada umumnya, perkawinan membutuhkan banyak usaha dan energi bagi setiap binatang.
Hal itu terutama berlaku bagi cumi-cumi bentuk pangsit dari selatan (Euprymna tasmanica), seekor cephalopoda bertubuh kecil dan bulat dengan ukuran panjang 2,8 inchi (7 centimeter). Cumi-cumi ini memiliki masa hidup yang cepat dan mati muda, melakukan perkawinan dengan banyak pasangan selama hidup mereka. Hidup mereka yang singkat dibuat berarti, dengan melakukan perkawinan yang bisa bertahan hingga tiga jam setiap kalinya.
Selama masa kawin, pejantan menempel pada betina, menggenggamnya dan meniup air ke dalam mantelnya, bagian bulat dari tubuhnya di belakang kepala. Franklin dan rekan-rekannya ingin menguji betapa melelahkannya ritual tersebut.
Para peneliti menangkap cumi-cumi pangsit liar di lepas pantai di wilayah tenggara Australia, dan menempatkan mereka dalam kolam. Setiap cumi-cumi mendapatkan uji ketahanan dalam kolam yang dialiri air yang berfungsi seperti treadmill, sehingga memaksa binatang itu untuk berenang atau akan terpojok ke pinggir kolam karena terbawa arus aliran air. Lamanya waktu cumi-cumi berenang hingga kelelahan menandai daya tahan dasar mereka.
Pada hari berikutnya, 30 cumi-cumi ditempatkan sepasang antara jantan dan betina untuk melakukan perkawinan (17 lainnya tetap dijauhkan dari lawan jenisnya dan digunakan sebagai kelompok kendali). Segera setelah kawin, cumi-cumi kembali berenang melawan arus aliran air. Hasilnya terlihat jelas bahwa setelah melakukan kawin, cumi-cumi merasa kelelahan dan tidak sanggup melakukan apapun.
"Kami menemukan bahwa cumi-cumi bisa berenang setengah dari jarak yang dapat mereka tempuh sebelum kawin, dan membutuhkan waktu hingga 30 menit untuk mengembalikan daya tahan berenang mereka ke tingkat seperti sedia kala saat mereka belum kawin," kata Franklin. Menurut hasil penelitian, hal yang sama juga berlaku untuk jantan maupun betina.
Hal itu berarti bahwa cumi-cumi memiliki lebih sedikit energi untuk mencari makan, menghindari predator, tumbuh, dan mencari pasangan kawin berikutnya, katanya. Percobaan yang sedang dilakukan menunjukkan bahwa tingginya intensitas kawin menjadi alasan penting bahwa cumi-cumi ini memiliki rentang hidup yang lebih pendek, meskipun hasil penelitian tersebut masih pada tahap awal, kata Franklin.
"Menggunakan cumi-cumi pangsit selatan sebagai spesies untuk penelitian kami, bisa membantu untuk memahami perilaku reproduksi cephalopoda lainnya (cumi-cumi, gurita, sotong, dan nautilus) serta spesies lain dengan sistem kawin yang sama (waktu kawin yang lama serta seberapa sering melakukannya)," katanya.
sumber :http://id.berita.yahoo.com/tiga-jam-masa-kawin-buat-cumi-cumi-tidak-berdaya.html
إرسال تعليق